Pages

Rabu, 07 Maret 2012

Mahasiswa Tanpa Dunia Malam

Oleh : Umi Sarifah

Dikirim pada artikel Kompaskampus (Blm dimuat)

Mahasiswa kaum muda dengan berbagai predikat mulai dari Agen perubahan, kaum intelektual, penyambung lidah rakyat, penerus tampuk kepemimpinan, serta masih banyak lagi julukan orang yang mengenyam pendidikan di Perguruan tinggi ini. Mahasiswa mulai belajar hidup mandiri tanpa adanya pantauan dan pengawasan dari orang tua, muali dari segi pergaulan dan lingkungan tempat tinggalnya.

Pergaulan mahasiswa membentuk suatu komunitas, komunitas mahasiswa ini masih terbagi lagi dalam dua garis yang berlawanan. Pergaulan garis kanan yang identik dengan kumpulan orang-orang yang berperilaku baik, yang mengisi dan mengajak ke dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan keagamaan, diskusi akademik, kelompok belajar, dan kegiatan positif lain. Sementara pergaulan garis kiri identik dengan hura-hura, dunia malam, kumpulan orang hedon, serta pergaulan bebas yang tidak sesuai dengan norma.Mahasiswa tanpa mengerti keadaan gemerlap dunia malam, yaitu mahasiswa yang cenderung selalu berada di zona aman tidak akan bisa menganalisis dan memberikan solusi yang tepat jika diminta memberikan solusi , karena mahasiswa tersebut hanya berada dalam satu komunitas tanpa mau peduli dengan komunitas lain.

Mahasiswa sebagai pahlawan perubahan semestinya tidak hanya berkutat dengan komunitasnya saja, selayaknya dapat menyadarkan dan memberi pencerahan kepada komunitas kiri yang identik dengan dunia malam.

TINJAUAN PROSES PEMBUATAN SOSIS AYAM DI PT ADI BOGA CIPTA SALATIGA

ABSTRAK

UMI SARIFAH. 2012. H2E 008 037. Tinjauan Proses Pembuatan Sosis Ayam di PT. Adi Boga Cipta Salatiga (Pembimbing : Ahmad N. Al-Baarri, S. Pt., MP., Ph. D )

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini bertujuan untuk Mengamati dan mengetahui serta mempelajari proses pembuatan sosis ayam di PT. Adi Boga Cipta Salatiga. Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan bulan September sampai Oktober 2011 di PT. Adi Boga Cipta Salatiga.

Materi yang diamati sebagai objek pengamatan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah seluruh kegiatan proses pembuatan sosis ayam mulai dari tahap pengadaan bahan baku sampai dengan produk akhir. Metode yang digunakan yaitu melakukan praktek, pengamatan dan observasi serta pencatatan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan, observasi, wawancara dan partisipasi aktif di lapangan. Data sekunder diperoleh melalu studi pustaka tentang proses pembuatan sosis ayam serta catatan-catatan produksi yang dimiliki oleh PT. Adi Boga Cipta Cabang Salatiga.

Hasil dari Praktek Kerja Lapangan menunjukkan bahwa pengolahan sosis ayam di PT. Adi Boga Cipta Salatiga sudah baik dan sesuai dengan acuan pustaka yang digunakan. Proses pengolahan sosis dimulai dari pemilihan daging ayam, penggilingan, pencampuran atau pengadukan, pemasukan kedalam selongsong, pemasakan, pendinginan, pengemasan dan pengepakan. Perlu dilakukan penambahan karyawan agar proses pengolahan berjalan lancar mengingat banyaknya produk yang diproduksi di perusahaan tersebut. Prosedur pengolahan sosis sudah baik akan tetapi penggunaan selongsong sosis yang menggunakan bahan plastik sebaiknya diganti dengan menggunakan kolagen. Peralatan yang digunakan untuk proses produksi lebih di jaga kebersihannya dan lebih meningkatkan proses sanitasi.

Kata Kunci : Daging ayam, sosis ayam

Mobil Esemka: Karya Anak Bangsa

Oleh : Umi Sarifah

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro

Cintai Produk Indonesia, sebuah kalimat yang selalu didengungkan dan dipajang baik media cetak maupun media elektronik, namun belum memberi efek yang signifikan. Rakyat Indonesia masih banyak yang lebih cinta produk asing dari pada produk tanah air, mulai dari fashion, food, film, bahkan alat-alat rumah tangga yang notabenya rakyat indonesia mampu membuatnya dengan kualitas yang tidak kalah jauh dengan produk impor.

Akhir-akhir ini publik dikejutkan oleh mobil yang dibuat oleh pelajar SMK, mobil yang menjadi rebutan beberapa pejabat yang ingin memakai dan memesannya. Sebuah Mobil Esemka sebagai persembahan untuk Indonesi tercinta, sekaligus membuktikan lagi generasi muda mampu dan bisa membuat suatu karya yang bisa dibanggakan. Meski kualitas mobil ini tidak sebaik buatan luar negeri tapi dengan dukungan dan keberpihakan pemerintah terhadap karya anak bangsa sangat perlu untuk mengembangkan dan mengoptimalkan produk Indonesia, sehingga nantinya dapat bersaing dikancah internasional.

Sudah banyak karya anak bangsa yang diberikan untuk negeri ini, tapi sayangnya dukungan dari pemerintah masih sangat kurang. Pemerintah sebagai pemimpin dan wakil rakyat yang semestinya dapat memberi contoh dalam pemakaian produk karya anak Indonesia, malah dengan bangga memakai produk asin dengan keegoiasan pribadi yang tidak mau dipandang sebelah mata oleh orang lain karena memakai produk dalam negeri. Akhirnnya karena kurangnya dukungan dan apresiasi dari pemerintah, pemasaran produk asli indonesia kalah bersaing dengan produk luar, sangat ironis sekali, produk dari negara sendiri yang pemasarannya di lakukan di tanah air sendiri kalah dengan produk yang diproduksi oleh negara lain. Rakyat dengan bangga antri di tempat pemasaran produk-produk impor, sementara penjual produk Indonesia duduk termenung menunggu pembeli dan berharap masyarakat Indonesia mau tergugah hatinya dengan membeli dan mengkonsumsi produk nasional.

Mobil Esemka merupakan salah satu karya generasi muda Indonesia, diberbagai wilayah Indonesia, masih banyak karya-karya anak bangsa yang belum terpublikasikan. Padahal melihat potensi generasi muda dari mulai tingkat SMA/SMK sampai perguruan tinggi, sangat mungkin untuk menghasilkan produk-produk yang bermanfaat dan berkualitas sehingga dapat memperkaya produk asli buatan Indonesia, sekaligus sebagai upaya kebangkitan Produk tanah air. Kebangkitan Produk tanah air dapat tercapai apabila ada kerjasama dan apresiasi positif dari pemerintah Indonesia, agar generasi muda mampu melahirkan dan menciptakan karya yang bermutu dan berkualitas sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang PRODUKTIF bukan negara yang KONSUMTIF.